Kenapa mengasuh anak-anak dari Papua? Orang tua Yeti berpesan kepada beliau untuk memperhatikan masyarakat timur Indonesia. Waktu berjalan dan kebutuhan meningkat Yeti bersama anak-anak asuh mendapat usulan Romo Ghaib, Pr untuk membuat miniatur-miniatur patung Goa Bunda Maria yang kemudian dijual guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada tahun 2002 Himpunan A’urlias berpindah ke Kampung Sawah dalam lingkungan Gereja St. Servatius. Pada tahun 2003 Himpunan A’urlias berganti nama menjadi Panti Asuhan Yayasan “Komunitas Anak Maria Immaculatta” (K.A.M.I). Sempat berpindah tempat hingga 17 kali, namun pada 2007 Panti Asuhan Yayasan K.A.M.I bertempat di Pondok Mitra Lestari, Jatiasih hingga saat ini. Panti Asuhan Yayasan K.A.M.I sudah terdaftar di Dinas Sosial dengan nomor: 466.4/50–PS/IX/2015. Hingga kini, Panti Asuhan Yayasan K.A.M.I telah mengasuh 3 angkatan anak asuh dan saat ini mengasuh 55 anak.

Yeti mendirikan Panti Asuhan Yayasan K.A.M.I atas dorongan rasa perikemanusiaan dan cinta kasih pada sesama terutama anak-anak kecil yang hidupnya terlantar, putus sekolah, kesulitan ekonomi, yatim, piatu, maupun yatim piatu. Tanpa memandang anak-anak dari latar belakang apapun, Panti Asuhan Yayasan K.A.M.I telah menjadi uluran tangan kemanusian untuk menerima, merangkul, merawat, membesarkan, mendidik anak anak terlantar, terbuang, putus sekolah, dan yatim piatu. Anak-anak terus didukung cita-citanya melalui pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA, SMK hingga jenjang Perguruan Tinggi.

Semenjak pandemi penjualan patung dan donasi dapat dikatakan ‘mandek’. Mari ulurkan tangan pedulimu untuk menolong anak-anak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan membayar uang sekolah mereka.

Semoga semakin banyak orang baik yang tergugah untuk membantu Panti ... agar kelangsungan karya sosial ini dapat terus berlanjut.